
Hoi An, Vietnam: Kota Kuno Penuh Warna
Kazepost - Di tepi Sungai Thu Bon, lampion-lampion berwarna mulai menyala satu per satu ketika senja tiba. Suara pedagang memanggil pelan, aroma banh mi panggang menyatu dengan semilir angin dari sungai. Hoi An bukan sekadar kota tua — ia adalah potongan waktu yang masih berdetak pelan di tengah hiruk pikuk dunia modern.
Kota kecil di Vietnam Tengah ini memikat dengan kesederhanaannya. Tidak ada gedung tinggi atau lalu lintas padat, hanya jalanan sempit dengan rumah kuning berarsitektur kolonial yang seakan menyimpan ribuan kisah masa lalu.
Kota Kuno yang Tak Pernah Kehilangan Pesonanya
Hoi An adalah warisan dunia UNESCO yang dulu menjadi pelabuhan penting pada abad ke-15 hingga ke-19. Dari pelaut Jepang, pedagang Tiongkok, hingga koloni Eropa, semuanya meninggalkan jejak budaya yang kini membentuk wajah kota ini.
Berjalan kaki di Old Town, kamu akan menemukan:
-
Japanese Covered Bridge — jembatan ikonik dari abad ke-16, simbol persahabatan dua bangsa.
-
Pasar Hoi An — tempat warna, aroma, dan senyum bercampur; dari rempah, kain sutra, hingga kopi Vietnam.
-
Rumah Kuno Tan Ky — perpaduan arsitektur Jepang, Cina, dan Vietnam yang masih berdiri tegak dengan segala detail aslinya.
Dan yang paling menawan: saat malam tiba, lampion-lampion menggantikan sinar matahari, menciptakan suasana magis seperti di dunia dongeng.
Kuliner Jalanan yang Menggoda
Tak lengkap rasanya berkunjung tanpa mencicipi kuliner khasnya.
-
Cao Lau — mi khas Hoi An yang hanya bisa dibuat dengan air sumur lokal, menghasilkan cita rasa unik dan kenyal.
-
White Rose Dumpling — pangsit putih transparan yang lembut dan gurih.
-
Banh Mi Phuong — sandwich legendaris yang bahkan diakui Anthony Bourdain sebagai the best sandwich in the world.
Kuliner di Hoi An bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang tradisi. Setiap hidangan membawa cerita keluarga dan sejarah yang diwariskan turun-temurun.
Menyusuri Desa di Sekitar Hoi An
Tak jauh dari kota, hamparan sawah hijau dan desa tenang menanti. Traveler bisa menyewa sepeda atau mengikuti tur lokal untuk mengunjungi:
-
Tra Que Village, desa organik di mana kamu bisa belajar menanam dan memasak langsung dari petani.
-
Cam Thanh, desa nelayan dengan hutan bakau dan perahu bundar bambu (basket boat) yang unik.
-
An Bang Beach, pantai bersih dengan kafe santai — tempat ideal menikmati matahari terbenam sambil menyeruput kopi es.
Hoi An tidak pernah terburu-buru. Setiap langkah di sana seperti mengajarkan arti hidup yang lebih lambat, lebih sadar, lebih manusiawi.
Refleksi dari Kota yang Lembut
Hoi An mengingatkan kita bahwa keindahan tidak selalu gemerlap. Kadang, ia hadir dalam warna kuning dinding yang mulai pudar, dalam suara sepeda tua yang melintas, atau dalam senyum pedagang tua yang tetap ramah walau hari sudah petang.
Di sini, waktu seperti berhenti — bukan karena stagnan, tapi karena semua hal berjalan dalam ritme yang seimbang. Kamu belajar menghargai keheningan, kesederhanaan, dan makna setiap pertemuan singkat.
Penutup: Warna yang Tidak Pernah Pudar
Hoi An bukan kota yang ingin kamu “kunjungi cepat-cepat.” Ia adalah kota yang mengundangmu untuk tinggal, menulis, merenung, dan menemukan kembali keindahan yang mungkin hilang di tengah kesibukan.
Dan ketika kamu meninggalkan kota ini, satu hal akan selalu kamu bawa: ketenangan dalam warna.
Karena di Kazepost, kami percaya —
setiap perjalanan bukan sekadar langkah, tapi cerita yang layak terbang lebih jauh.