
Tren Baru: Kombinasi Workcation & Vacation di 2025
Kazepost - Pagi di pantai Bali, seseorang mengetik di laptopnya dengan kopi dingin di samping.
Sore hari, ia menutup perangkatnya dan berjalan ke laut, menikmati matahari terbenam yang berwarna jingga keemasan.
Inilah wajah baru dunia kerja dan perjalanan: Workcation — gabungan antara bekerja (work) dan berlibur (vacation).
Tahun 2025 menjadi titik di mana konsep ini bukan lagi gaya hidup alternatif, melainkan arus utama bagi generasi pekerja digital di seluruh dunia.
1. Dari Kantor ke Kafe: Cara Kerja Baru
Setelah pandemi mengubah cara dunia bekerja, fleksibilitas menjadi nilai yang dicari.
Perusahaan kini mulai memahami bahwa produktivitas tak selalu harus terjadi di kantor — kadang justru di tempat yang memberi inspirasi.
Dari coworking space di Chiang Mai hingga vila pantai di Canggu, profesional muda kini memilih bekerja sambil menjelajah dunia.
Mereka bukan kabur dari tanggung jawab, tapi menemukan ritme baru antara fokus dan kebebasan.
🌿 Di era digital, tempat kerja terbaik bukan gedung tinggi — tapi tempat yang membuatmu ingin hidup lebih baik.
2. Work-Life Blend, Bukan Sekadar Work-Life Balance
Dulu, kita bicara tentang keseimbangan antara kerja dan liburan.
Kini, generasi muda lebih memilih menggabungkan keduanya.
Bekerja dari tempat baru memberi energi mental:
-
Pagi untuk fokus pada proyek,
-
Siang untuk menjelajah budaya lokal,
-
Malam untuk refleksi diri atau bersosialisasi dengan komunitas global.
Menurut data Future of Work Report 2025, lebih dari 62% digital nomad kini menjadikan workcation sebagai gaya hidup permanen.
3. Destinasi Favorit Workcation di Asia Tenggara
Asia Tenggara menjadi magnet utama bagi pelaku workcation dunia.
Biaya hidup terjangkau, koneksi internet stabil, dan keramahan lokal menjadi kombinasi ideal.
Beberapa destinasi unggulan:
-
Bali, Indonesia: Komunitas digital nomad terkuat di Asia.
-
Chiang Mai, Thailand: Tenang, kreatif, dan dikelilingi alam.
-
Da Nang, Vietnam: Kota pesisir dengan keseimbangan antara modernitas dan tradisi.
-
Penang, Malaysia: Kaya budaya dan makanan lezat.
🌸 Workcation bukan hanya soal tempat baru, tapi cara baru untuk bekerja — dengan rasa syukur.
4. Tantangan di Balik Kebebasan
Meski terdengar ideal, workcation juga punya sisi menantang.
Koneksi internet tak selalu stabil, zona waktu bisa menyulitkan, dan batas antara kerja dan istirahat kerap kabur.
Itulah sebabnya, penting bagi pelaku workcation untuk:
-
Menetapkan jam kerja yang jelas,
-
Menciptakan rutinitas ringan agar produktif,
-
Dan tetap menjaga waktu untuk benar-benar berlibur.
Karena bekerja di pantai tak akan terasa menyenangkan jika kamu tak pernah sempat menatap lautnya.
5. Workcation Sebagai Bentuk Wellness Baru
Lebih dari sekadar tren produktivitas, workcation kini juga menjadi bagian dari mental wellness movement.
Pergantian lingkungan, udara segar, dan ritme baru terbukti membantu menurunkan stres dan meningkatkan kreativitas.
Banyak perusahaan besar kini mendukung program “Remote Refresh” — memberi karyawan kesempatan bekerja dari destinasi pilihan selama sebulan untuk memulihkan semangat kerja.
🌿 Kadang, ide terbaik lahir bukan di meja rapat, tapi di tengah perjalanan.
Refleksi: Dunia yang Makin Fleksibel, Manusia yang Makin Sadar
Workcation menunjukkan bahwa manusia modern sedang mencari kebebasan yang bermakna.
Mereka ingin bekerja dengan hati, berlibur dengan tujuan, dan hidup dengan kesadaran bahwa waktu terlalu berharga untuk hanya dilewati.
Dan mungkin, inilah bentuk baru dari kebahagiaan:
bisa bekerja, beristirahat, dan tumbuh — semua dalam satu napas perjalanan.
Penutup: Bekerja, Menjelajah, dan Hidup Lebih Penuh
Di masa depan, mungkin kantor tak lagi punya dinding, dan liburan tak lagi punya tanggal.
Yang tersisa hanyalah keseimbangan alami antara bekerja dan menikmati hidup.
Karena bagi Kazepost,
setiap perjalanan yang membuat hidup lebih utuh — layak terbang lebih jauh.