
Tren Baru: Micro-Travel & Staycation di Kota Besar
Kazepost - Tidak semua perjalanan harus jauh.
Tidak semua petualangan butuh tiket pesawat dan koper besar.
Kadang, keindahan justru muncul di tengah kesibukan — di sudut kota yang tak pernah kita perhatikan sebelumnya.
Selamat datang di dunia micro-travel dan staycation, tren baru di tahun 2025 yang sedang merebut hati banyak orang, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Kuala Lumpur, dan Bangkok.
Apa Itu Micro-Travel?
Micro-travel adalah bentuk perjalanan singkat dan sederhana — biasanya hanya 1–3 hari, dengan jarak dekat dan tanpa persiapan rumit.
Tujuannya bukan sekadar “liburan”, tapi rehat sejenak dari rutinitas tanpa meninggalkan keseharian sepenuhnya.
Bagi pekerja urban yang tenggelam dalam ritme cepat, konsep ini menjadi penyelamat.
Cukup akhir pekan, cukup satu malam, dan cukup satu tempat yang memberi napas baru.
🌿 Kadang, yang kita butuhkan bukan dunia baru — hanya cara baru melihat dunia yang sama.
Staycation: Liburan di Tengah Kota
Sementara itu, staycation tetap menjadi primadona.
Banyak hotel kini bertransformasi dari sekadar tempat menginap menjadi ruang pengalaman:
-
Rooftop spa dengan pemandangan kota,
-
paket “wellness retreat” dua hari tanpa notifikasi,
-
bahkan layanan in-room dining dengan konsep lokal yang menggugah nostalgia.
Jakarta, misalnya, kini punya banyak pilihan hotel butik di kawasan lama seperti Menteng dan Cikini — tempat kamu bisa “berlibur” tanpa benar-benar meninggalkan kota.
Di Bangkok, beberapa hotel menghadirkan urban jungle stay, dengan taman vertikal dan kolam air terjun mini di tengah gedung beton.
Mengapa Tren Ini Meningkat di 2025?
-
Kelelahan Digital & Urban Burnout
Setelah bertahun-tahun hidup di dunia yang hiperaktif, banyak orang mulai mencari bentuk liburan yang tidak menambah stres. -
Fleksibilitas Waktu Kerja
Era remote dan hybrid work memungkinkan orang bepergian kapan saja — bahkan di sela minggu kerja. -
Kebutuhan Akan Mindful Experience
Traveler masa kini tidak lagi mengejar kuantitas destinasi, tapi kualitas pengalaman. -
Dukungan Industri Lokal
Pemerintah kota dan pelaku usaha pariwisata kini aktif mempromosikan micro-travel untuk mendukung ekonomi lokal.
Ide Micro-Travel di Kota-Kota Asia Tenggara
-
Jakarta: Menginap di kawasan Kota Tua, lalu bersepeda di pagi hari menyusuri jalan-jalan kolonial.
-
Kuala Lumpur: Staycation dua malam di hotel heritage, menikmati kuliner di Alor Street, dan kunjungan ke taman hutan Bukit Nanas.
-
Bangkok: Satu hari di hotel pinggir sungai Chao Phraya, berlayar sore dengan river taxi.
-
Bali (Denpasar): Menginap di homestay lokal, ikut kelas memasak makanan tradisional, dan menikmati senja di pantai terdekat.
Setiap kota punya versi “liburan singkat” yang bisa ditemukan tanpa paspor — hanya dengan niat berhenti sebentar.
Refleksi: Berhenti Bukan Berarti Diam
Micro-travel mengajarkan kita satu hal penting: perjalanan tidak harus jauh untuk berarti.
Kadang, dengan berjarak sedikit dari rutinitas, kita menemukan kembali diri sendiri.
Berhenti sejenak, membaca buku di balkon, menulis di kafe, atau sekadar berjalan tanpa tujuan — semua itu adalah bentuk perjalanan juga.
🌼 Karena istirahat bukan tanda menyerah, melainkan cara agar langkah berikutnya lebih kuat.
Penutup: Dunia Kecil, Hati yang Luas
Tahun 2025 menunjukkan bahwa tren traveling bukan lagi tentang sejauh apa kita pergi, tapi seberapa dalam kita merasakannya.
Micro-travel dan staycation mengingatkan kita untuk kembali ke makna awal dari bepergian: menemukan kedamaian, bahkan di tempat yang sudah kita kenal.
Jadi, jika akhir pekan ini kamu lelah, jangan buru-buru mencari tiket pesawat.
Mungkin jawabanmu ada di kafe kecil di ujung jalan, atau di hotel tua yang menunggu untuk kamu singgahi.
Karena bagi Kazepost, setiap perjalanan — besar atau kecil — tetap layak terbang lebih jauh.