Tren Traveling 2025: Dari Digital Nomad hingga Eco-Travel

Tren Traveling 2025: Dari Digital Nomad hingga Eco-Travel

  • Penulis Kazepost
  • 4 Oktober 2025
  • 8 menit

Kazepost - Dunia traveling terus berkembang mengikuti perubahan teknologi, gaya hidup, dan kesadaran global. Jika dulu perjalanan identik dengan liburan singkat ke pantai atau pegunungan, kini banyak orang melihat traveling sebagai bagian penting dari hidup mereka. Tahun 2025 membawa sejumlah tren baru yang semakin memperkaya cara kita menjelajah dunia.

Kazepost merangkum tren utama yang akan memengaruhi dunia traveling tahun ini — dari gaya hidup digital nomad hingga meningkatnya kesadaran wisata berkelanjutan.

1. Digital Nomad Semakin Populer

Pandemi global beberapa tahun lalu mengubah cara orang bekerja. Remote working kini menjadi normal baru, dan dari sinilah lahir fenomena digital nomad.

  • Bali, Chiang Mai, dan Da Nang kini menjadi destinasi favorit pekerja remote internasional.

  • Banyak kota di Asia Tenggara mulai membuka visa digital nomad untuk menarik pekerja asing yang bisa tinggal lebih lama.

  • Bagi traveler Indonesia, gaya hidup ini juga semakin menarik karena membuka peluang bekerja dari mana saja — kafe, pantai, hingga pegunungan.

Digital nomad bukan hanya tren, melainkan gerakan yang memadukan traveling dengan produktivitas.

2. Eco-Travel & Wisata Berkelanjutan

Kesadaran lingkungan semakin kuat, dan traveler mulai mencari cara untuk berwisata dengan dampak lebih kecil pada alam.

  • Homestay ramah lingkungan, hostel dengan sistem zero waste, atau tur berbasis komunitas semakin populer.

  • Banyak wisatawan kini rela membayar lebih untuk pengalaman yang mendukung kelestarian alam dan budaya.

  • Di Indonesia, tren ini terlihat dari meningkatnya minat pada desa wisata dan ekowisata di tempat seperti Flores, Toraja, dan Kalimantan.

Traveling tak lagi hanya soal destinasi, tapi juga tentang bagaimana kita berkontribusi menjaga bumi.

3. Short-Form Content untuk Perjalanan

Media sosial terus memengaruhi cara orang merencanakan dan membagikan perjalanan.

  • TikTok dan Instagram Reels kini menjadi sumber utama inspirasi destinasi.

  • Video singkat tentang hidden gems atau tips hemat sering lebih efektif daripada artikel panjang.

  • Namun, blog seperti Kazepost tetap relevan karena memberikan detail, konteks, dan cerita mendalam yang tak bisa ditampung dalam video 30 detik.

Artinya, traveler kini semakin menggabungkan dua hal: informasi singkat di media sosial + panduan lengkap di blog.

4. Perjalanan Fleksibel & Last-Minute

Traveler modern semakin fleksibel. Banyak orang tak lagi merencanakan perjalanan jauh-jauh hari, melainkan memanfaatkan promo last-minute.

  • Aplikasi booking hotel harian semakin laris.

  • Maskapai sering memberikan diskon dadakan untuk mengisi kursi kosong.

  • Backpacker dan traveler muda paling diuntungkan karena mereka bisa menyesuaikan jadwal dengan cepat.

Fleksibilitas ini menjadikan traveling terasa lebih spontan, menyenangkan, dan penuh kejutan.

5. Staycation dan Micro-Travel

Meskipun perjalanan internasional kembali ramai, staycation tetap populer, terutama di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Kuala Lumpur.

  • Banyak hotel dan resort menawarkan paket khusus untuk short escape di akhir pekan.

  • “Micro-travel” seperti camping semalam, hiking singkat, atau mengunjungi kota terdekat menjadi alternatif murah dan praktis.

  • Tren ini cocok untuk mereka yang sibuk bekerja, tapi tetap ingin menyegarkan pikiran tanpa cuti panjang.

6. Personal & Meaningful Travel

Banyak orang mulai menghindari tur massal dan mencari pengalaman lebih personal.

  • Slow travel makin diminati: tinggal lebih lama di satu tempat, bukan sekadar mengunjungi banyak destinasi.

  • Wisata berbasis pengalaman (seperti kelas memasak di Vietnam atau belajar tari tradisional di Bali) lebih digemari dibanding sekadar sightseeing.

  • Perjalanan kini dipandang sebagai cara menemukan diri, bukan sekadar hiburan.

Penutup

Traveling di 2025 bukan lagi sekadar tentang jalan-jalan. Ia menjadi gabungan antara gaya hidup, teknologi, kesadaran sosial, dan pencarian makna personal. Dari digital nomad hingga eco-travel, dari short-form content hingga slow travel, semua tren ini menunjukkan bahwa dunia perjalanan semakin beragam dan inklusif.

Kazepost hadir untuk mendokumentasikan semua ini: memberi panduan, ruang berbagi, dan inspirasi agar setiap orang bisa menjelajahi dunia dengan cara mereka sendiri.

Karena di era baru ini, setiap perjalanan bukan hanya tentang destinasi, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup.